Senin, 30 Mei 2016

Khotbah Jumat

Kebahagiaan Akhirat
oleh : KH. Ahmad Nadhif Abdul Mujib, Lc. 



Hadirin Jumah Rohimakumullah,
Sayyidina Ali bin Abi Thalib RA pernah berkata:
لولا خمس خصال لصار الناس كلهم صالحين: أولها القناعة بالجهل والحرص على الدنيا والتمنع بالفضل والرياء والإعجاب بالرأي
Jikalau bukan karena adanya lima perkara, maka seluruh manusia ini akan menjadi orang-orang yang shalih tanpa terkecuali.


Sebelum kita bahas satu persatu dari perkataan Sy. Ali tersebut, layak kita ingat perkataan Imam AlGhazaly:
إن مقصود الكيس في حياته السعادة الأخروية.
Sesungguhnya tujuan semua orang pandai adalah untuk mencapai kebahagiaan akherat.
Ini berarti menurut Imam Ghazaly, jika orang hanya bercita-cita meraih kebahagiaan di dunia saja, maka ia adalah sebodoh-bodoh manusia, meskipun berbagai gelar dan title akademis disandangnya bertumpuk-tumpuk.
Pertanyaan berikutnya adalah: dengan apa kita akan meraih kebahagiaan akherat? Jawabannya sangat mudah meskipun realisasinya jelas sangat sulit.
Bahwa kebahagiaan akherat hanya dapat diraih jika kita mempersiapkan diri menjadi orang-orang yang shalih.
Allah berfirman:
ولقد كتبنا في الزبور من بعد الذكر أن الأرض يرثها عبادي الصالحون.
Dan sungguh telah Kami tulis di dalam kitab Zabur sesudah Kami tulis dalam Lauhil Mahfudh, bahwasanya bumi ini (hanya) akan diwarisi oleh orang-orang yang shalih.
Hadirin Rohimakumullah,
Dari sini, kembali kepada pernyataan Sy. Ali RA, bahwa Jika saja bukan karena adanya lima perkara, maka seluruh manusia ini akan menjadi orang-orang yang shalih tanpa terkecuali. Kelima hal itu adalah:
1. merasa puas dengan kebodohan, 2. berkeinginan keras untuk selalu meraih hal-hal duniawi, 3. Enggan memberikan bantuan kepada orang lain, 4. Suka pamer dalam beramal dan 5. Mengagumi hasil ide dan pemikiran sendiri sekaligus meremehkan ide dan pemikiran orang lain.
Hadirin Rohimakumullah
Dalam kesempatan terbatas ini mari kita bahas dua hal saja dari kelima hal yang dinyatakan oleh Sy. Ali RA itu.
Hal yang pertama adalah Al-Qona’ah bil jahli, merasa puas dengan kebodohan. Dan hal kedua sekaligus adalah: cinta dunia.
Yang dimaksud dengan kebodohan di sini adalah kebodohan tentang hal-hal keagamaan dan keukhrawian, bukan kebodohan tentang hal-hal duniawi.
Mengapa demikian? Karena Rasulullah SAW pernah bersabda:
إن الله يبغض كل عالم بالدنيا جاهل بالأخرة
Allah murka dengan orang yang hanya pandai menguasai dunia tetapi bodoh dengan hal-hal ukhrawi.
Ini sekaligus mengingatkan kita pada sebuah hadits: hubbub dunya ro’su kulli mushibah, cinta dunia adalah pangkal segala bencana. Hadits ini meskipun dloif, namun didukung oleh dalil-dalil yang lain sehingga meskipun dloif tetapi kandungan dan isinya adalah merupakan kebenaran.
Hadirin Rohimakumullah
Dalam kehidupan kita sehari-hari, betapa kita jelas merasakan kebenaran kandungan hadits tersebut. Seseorang terpaksa bertikai dengan saudara kandungnya, hanya karena rebutan harta warisan. Seorang bertitel akademis paling tinggi rela tidur di balik jeruji dengan mengenakan rompi KPK, adalah juga karena persoalan keculasan terhadap harta benda. Satu kelompok bertikai dengan kelompok lain, juga semata-mata hanya karena persoalan duniawi, meskipun terkadang dibungkus dengan cover ukhrawi.
Dan yang seharusnya lebih memprihatinkan adalah: orang tua/wali murid memilihkan sekolahan anaknya juga semata-mata karena pertimbangan duniawi, Di sekeliling kita, jika misalnya terdapat blembaga pendidikan keagamaan dan umum, maka ketika lembaga pendidikan agama memungut iuran bulanan dan lembaga pendidikan umum tidak memungut iuran, maka sudah hampir bisa dipastikan jika yang dipilih adalah lembaga yang gratis. Namun ketika kedua jenis lembaga pendidikan itu sama-sama memungut iuran, maka sangat amat aneh adalah ketika ternyata tetap dipilih lembaga pendidikan non keagamaan. Dan berikutnya sebarek dalih dikemukakan. Dikiranya lembaga pendidikan keagamaan tidak bisa memberikan jaminan masa depan bagi siswanya terutama dalam hal lowongan atau kesempatan kerja.
Contoh yang paling sederhana dan tidak boleh diingkari adalah: iuran TPQ yang biasanya berkisar pada angka 10 ribu rupiah, namun seringkali mengalami kendala dalam pembayarannya. Namun pada saat yang sama, ratusan ribu beaya kursus tambahan atau les ini dan itu, akan terasa ringan membayarnya.
Hadirin Rohimakumullah
Contoh-contoh kongkrit seperti itu nampak terdengar sangat ekstrim di telinga kita. Seolah-olah ketika kita ungkapkan, maka hal-hal itu juga berkesan membawa nada protes atau ketidak puasan. Namun bukankah semua yang kita nyatakan itu adalah memang merupakan kenyataan?
Mari kita adakan riset yang obyektif untuk mengetahui: apakah memang benar dan kongret bahwa lembaga pendidikan non agama pasti membawa kesuksesan duniawi? Begitu juga sebaliknya apakah lembaga-lembaga keagamaan pasti membawa kepada kegagalan duniawi? Atau dalam bahasa yang lugas, apakah lulusan sekolah2 umum pasti mengantarkan kepada lapangan pekerjaan yang pasti dan sebaliknya, lulusan madrasah atau pesantren pasti jatuh miskin dan papa akan harta?
Hadirin rohimakumullah,
Dulu bahkan sempat muncul rumor negative, dimana ketika seorang bapak memarahi putrinya yang malas belajar, misalnya, maka sang bapak akan berkata spt ini: Awas, kalau kamu malas belajar, nanti hanya akan menjadi istri guru agama atau ustadz madrasah!
Kita kian hari kian tidak percaya bahwa Allah telah berfirman:
وما من دابة في الأرض إلا على الله رزقها
Dan tidak ada seekor binatang melata pun di bumi melainkan Allah lah yang memberikan rezekinya.
Kita juga semakin jauh untuk mempercayai firman Allah:
ولو أن أهل القرى أمنوا واتقوا لفتحنا عليهم بركات من السماء والأرض ولكن كذبوا فأخذناهم بما كانوا يكسبون...
Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi. Namun mereka mendustakan ayat-ayat Kami itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.
Kita lebih suka mengelu-elukan dan mengagung-agungkan hal-hal duniawi, padahal Nabi bersabda: Ad Dunya jifatun qodziroh, dunia adalah ibarat bangkai yang kotor nan busuk…
بارك الله لي ولكم في القرآن الكريم ونفعني وإياكم بما فيه من الآيات والذكر الحكيم وتقبل مني ومنكم تلاوته إنه هو الغفور الرحيم، وقل رب اغفر وارحم وأنت أرحم الراحمين

Tidak ada komentar:

Posting Komentar